Senin, 25 Maret 2013

ard corp education: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI ...

ard corp education: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI ...: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sebagian besar siswa menganggap bahwa pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit dan menakut...

ard corp education: Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuli...

ard corp education: Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuli...
: Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Dosen pengampu: H. Iyus Herdiana Saputra., M.S.I.   ...

ard corp education: Quantum Teaching BAB I PENDAHULUAN Latarbelaka...

ard corp education: Quantum Teaching
BAB I
PENDAHULUAN
Latarbelaka...
: Quantum Teaching BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa perubahan hampir di...

Quantum Teaching

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latarbelakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa perubahan hampir di semua aspek kehidupan. Oleh karena itu dunia pendidikan perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah berkaitan dengan tuntutan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, sebab melalui proses pendidikan akan terlahir generasi muda yang berkualitas yang diharapkan mampu mengikuti perubahan dan perkembangan kemajuan zaman di segala aspek kehidupan. Pada hakekatnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor yang paling menentukan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran adalah guru sebagai pengelola pembelajaran. Dalam pembelajaran guru hendaknya mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran sesuai dengan materi yang akan diajarkan agar siswa lebih termotivasi untuk belajar.

Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran kuantum ( quantum teaching). Model pembelajaran kuantum mampu merangsang kreativitas siswa, karena dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya menerima secara pasif apa yang diberikan oleh guru tetapi siswa diharapkan aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah matematika.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Metode Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching)

    Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah pendekatan pengajaran yang disebut dengan Quantum Teaching. Quantum Teaching sendiri berawal dari sebuah upaya Dr Georgi Lozanov, pendidik asal Bulgaria, yang bereksperimen dengan suggestology. Prinsipnya, sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.

    Model pembelajaran Quantum Teaching mulai dikembangkan di Amerika Serikat di tahun 1999. Pelopornya adalah Prof. Dr. Bobbi DePorter dan Prof. Dr. Mark Reardon. Azaznya, bawalah mereka ke dunia kita, antarkan kita ke dunia mereka.

        Quantum diartikan sebagai interaksi yang mengubah (mengorkestrasi) energy menjadi cahaya. Interaksi mencakup unsur unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan belajar. Interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa yang diharapkan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Langkahnya adalah sebagai berikut :

    1. Orkestrasilah suasana belajar menjadi suasana yang amat menyenangkan bagi siswa. Guru harus ramah, antusias, hangat, dan menarik.
    2. Buatlah agar segalanya "berbicara" tentang materiyang kita ajarkan.
    3. Buatlah segalanya agar bertujuan untuk keberhasilan belajar.
    4. Berilah pengalaman awal ( siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya), selanjutnya guru memberikan arahan yang diperlukan.
    5. Beri pengakuan pada setiap usaha yang telah dilakukan siswa.
    6. Jika suatu materi layak dipelajari, keberhasilannya layak pula dirayakan.
    7. Perlu pengaturan suasana dan lingkungan yang kondusif untuk belajar.
    8. Ciptakan keriangan dan ketakjuban (seperti waktu kita belajar naik sepeda).

    Suasana sekolah bisa dilengkapi musik yang lembut, tetapi tidak mengganggu siswa dalam belajarnya.

  2. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching

    Kerangka rancangan pembelajaran Quantum Teaching dikenal dengan istilah TANDUR (Bobbi depoter 2000: 10)

    1. Tumbuhkan

      Maknanya menumbuhkan minat siswa akan materi pelajaran yang akan dipelajari sehingga siswa betul-betul merasa butuh akan bahasan lingkaran dengan cara memberikan :

      1. Apresepsi dengan memberikan gambaran permasalahan berbentuk soal yang berkaitan dengan kehidupan yang berkaitan dengan pokok bahasan.
      2. Memberikan informasi awal tentang materi dengan menujukkan alat peraga yang telah disiapkan.
    2. Alami

      Siswa mengalami sendiri dari materi lingkaran, sehingga siswa mampu memperagakan sendiri bagaimana mencari tembereng, juring, diameter, nilai phi(p), keliling lingkaran, luas daerah lingkaran.


      Keterangan :

      1. Titik O disebut pusat lingkaran.
      2. Garis OA,OB, dan OA disebut jari-jari atau radius (f)
      3. Garis AC disebut garis tengah atau diameter (d), yaitu garis yang menghubungkan dua titik pada lingkaran dan melalui titik pusat lingkaran.
      4. Garis lurus EF disebut tali busur.
      5. Garis lengkung AB dan EF disebut busur.
      6. Daerah yang dibatasi oleh tali busur EF dan busur EF disebut tembereng.
      7. Daerah yang dibatasi oleh dua jari-jari dan sebuah busur, misalnya OA,OB , dan AB disebut juring atau sektor.
      8. Garis OD (tegak lurus EF) disebut apotema, yaitu jarak terpendek antara tali busur dengan pusat lingkaran.
    3. Namai

      Pada tahapan ini siswa melaporkan hasil pekerjaannya. Guru menamai hasil pekerjaan dan kesimpulan yang telah disampaikan siswa sehingga siswa mendapatkan konsep, model, rumus lingkaran.

    4. Demontrasikan

      Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya tentang materi lingkaran dengan mendemontrasikan hasil pekerjaannya di depan teman temannya.

      1. Ulangi

        Pada tahapan ini guru menjelaskan secara ulang tentang cara menghitung panjang busur dan luas juring lingkaran sebagai penguat sehingga siswa tahu. Guru memberi soal latihan yang dikerjakan secara individual.


    5. Rayakan

      Setelah siswa berhasil dalam mengerjakan soal latihan maka sebelum ditutup perlu dirayakan sehingga siswa bersemangat dalam pembelajaran.

    6. Guru memberi angket untuk di isi sebagai refleksi.
    7. Secara individual siswa di beri PR.
    8. Guru memberikan tes pada pertemuan berikutnya.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM PADA MATERI POKOK LINGKARAN

Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar Matematika

Dosen Pembimbing : DR.H. Bambang Priyo Darminto, M.Kom.


 



 

Disusun oleh :

  1. Amanatul Qirom        (092143429)
  2. Ardiana Purnamasari        (092143432)

IV A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelompok kami yang berjudul "Penerapan Metode Pembelajaran Quantum Pada Materi Pokok Lingkaran". Makalah ini digunakan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Matematika.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan dukungannya yang telah diberikan kepada kami selama penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih kami tujukan kepada :

  1. Dr. Bambang Priyo Darminto, M.Kom.selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Strategi Belajar Mengajar Matematika.
  2. Teman-teman yang telah berperan dalam penulisan makalah ini.

Serta berbagai pihak yang telah membantu kami dalam penulisan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.    

Purworejo, 10 Mei 2011


 

Penyusun

DAFTAR ISI

  1. HALAMAN JUDUL        i
  2. KATA PENGANTAR         ii
  3. DAFTAR ISI        iii
  4. BAB I PENDAHULUAN            
  5. BAB II PEMBAHASAN    

    1. Metode Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching)………………….
    2. Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching ………………
  6. BAB III PENUTUP

    Kesimpulan         

  7. DAFTAR PUSTAKA        


 


 


 


 


 


 


 

BAB III

PENUTUP


 

  • Kesimpulan

    Model pembelajaran kuantum mampu merangsang kreativitas siswa, karena dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya menerima secara pasif apa yang diberikan oleh guru tetapi siswa diharapkan aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah matematika.

    Interaksi mencakup unsur unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan belajar. Interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa yang diharapkan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.


 


 


 


 


 


 


 


 

DAFTAR PUSTAKA


 

Darminto, Bambang Priyo.2008. Diktat Strategi Belajar Matematika.FKIP Matematika Universitas Muhammmadiyah Purworejo

Deporter, Bobbi, Reardon Mark, Singer Naurie Sarah, 2000. Quantum Teaching.Bandung: Kaifa

Hudoyo. 1988. Manajemen Belajar Matematika.Jakarta:Depdikbud

Porter, B.,Readon, M., dan Nourie, S. S. 2003. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning di Ruang -Ruang Kelas.Bandung:Kaifa


 


 


 


 


 

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

Dosen pengampu: H. Iyus Herdiana Saputra., M.S.I.


 



 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Disusun Oleh:

  1. Ardiana Puramasari    (092143432)
  2. Dedy Hariyadi    (0921434)
  3. Eka Lestari     (0921434)
  4. Eka Budi    (

Semester VA


 


 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2011

PEMBAHASAN

GEOGRAFI DAN PERIODISASI GERAKAN PEMBAHARUAN

DI INDONESIA


 

  1. Gerakan Kaum Paderi

    Gerakan pembaharuan Wahabi di Indonesia dibawa oleh tiga orang haji yang datang dari Mekkah pada tahun 1803 di Minangkabau, yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piabang. Mereka ini selama belajar di Mekkah telah menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri pembaharuan yang dilakukan oleh gerakan Wahabi.

    Menurut mereka, apa yang terjadi di masyarakat Minangkabau pada saat itu sebenarnya telah menyimpang dari ajaran agama, oleh karenanya perlu diluruskan kembali. Akan tetapi di sisi lain, khususnya golongan adat ada kecenderungan untuk tidak mau diganggu kelestarian adatnya, padahal banyak adat yang mereka laksanakan itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Bahkan mereka sangat peka dan mengadakan perlawanan terhadap pembaharuan yang dilakukan oleh tiga orang tersebut. Gerakan para haji ini selanjutnya dikenal dengan gerakan Paderi.

    Pertentangan kaum Paderi dan kaum adat pada akhirnya memberi peluang kekuasaan asing untuk masuk ke daerah Minangkabau. Dengan demikian para haji dengan gerakan Paderinya akhirnya melawan dua lawan, di satu pihak pemberantasan adat untuk memurnikan ajaran Islam dan di lain pihak menghadapi perjuangan kemerdekaan melawan Belanda dalam gerakan perjuangan politik.

  2. Thawalib di Sumatra Barat

    Berawal dari persekutuan yang terkenal dengan perkumpulan sabun (koperasi pelajar) pada tahun 1917 di kalangan pelajar Surau Jembatan Besi Sumatera. Pada tahun 1918 mereka menyisihkan keuntungan untuk membayar guru-guru, maka sejak itulah banyak perubahan aktivitas di kalangan mereka. Mereka mulai mempelajari Islam dan meluaskan ajarannya. Sehingga perkumpulan sabun tersebut berubah menjadi Sumatra Thuwailib.

    Tokohnya adalah Haji Jamaludin Thaib, pada tahun 1919 mengintrodusir cara-cara mengajar modern ke dalam Thawalib, sistem berkelas yang sempurna, pemakaian bangku-bangku dan meja, kurikulum lebih diperbaiki dan juga kewajiban pelajar untuk membayar uang sekolah. Pada tahun berikutnya Thaib menjadi ketua Sumatera Thawalib (nama baru dari Sumatera Thuwailib).


     

  3. Al-Irsyad di Jawa

    Di Jakarta pada tahun 1901 kaum muslimin keturunan Arab mendirikan perkumpulan yang diberi nama Jami'atul Khair, perkumpulan ini berdiri karena pengaruh majalah al-'Urwatul Wusqa yang diselundupkan di pelabuhan Tuban. Para anggotanya adalah orang-orang Arab yang ada di Indonesia.

    Jami'atul Khair dalam bidang pendidikan pembaharuannya adalah dengan metode yang modern dan menambahkan pelajaran pengetahuan umum. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka didatangkan beberapa orang guru dari luar, antara lain: al-Hasyimi datang ke Indonesia pada tahun 1911 dari Tunisia, Syekh Ahmad Syurkati al-Anshari dari Sudan, Syekh Muhammad Thaib dari Marokko, dan Syekh Muhammad Abdul Hamid dari Mekkah.

    Ternyata mereka memiliki gagasan yang radikal, antara lain Syurkati tidak setuju larangan perkawinan lelaki yang bukan sayid dengan puteri sayid, hal ini menimbulkan kemarahan orang-orang Arab yang keturunan sayid. Organisasi Jami'atul Khair akhirnya pecah menjadi dua, orang-orang Arab keturunan sayid mendirikan organisasi yang diberi nama Jami'atul Ikhlas wal Irsyad (al-Irsyad) yang anggotanya mula-mula keturunan Arab yang bukan sayid, kemudian dapat menerima anggota orang pribumi.

    Usaha al-Irsyad dalam bidang pendidikan adalah mendirikan sekolah-sekolah, mengadakan kursus-kursus guru, kursus-kursus agama. Meskipun al-Irsyad merupakan organisasi yang kecil, tetapi mempunyai sekolahan yang jumlahnya ratusan dan dikelola dengan teratur.

    Amaliyah al-Irsyad sebagai jam'iyah konsisten bertujuan untuk meningkatkan apresiasi muslim terhadap ajaran Islam. Dalam konteks ini al-Irsyad dengan tokoh sentralnya Syurkati telah menjadi sumber ilham bagi generasi muda Islam terpelajar yang bangkit terorganisir pada tahun 1925 lewat wadah Jong Islamieten Bond.


     

  4. Persis (Persatuan Islam) di Bandung

    Persatuan Islam didirikan di Bandung pada 17 September 1923 oleh KH. Zamzam, seorang ulama dari Palembang. Organisasi ini berawal dari pertemuan kenduri yang diadakan secara berkala di rumah salah seorang anggota kelompok yang berasal dari Palembang Sumatera yang telah lama menetap sekaligus berbisnis tekstil di Bandung. Acara ini didominasi oleh keturunan orang-orang keturunan tiga keluarga dari Palembang. Setelah makan bersama, mereka mengadakan perbincangan tentang masalah-masalah agama dan gerakan-gerakan agama pada umumnya. Tokoh dari Persatuan Islam (Persis) ini adalah: Ahmad Hasan yang dianggap sebagai guru Persis yang utama pada masa sebelum perang, dan Mohammad Natsir yang pada waktu itu merupakan seorang anak muda yang sedang berkembang dan tampaknya bertindak sebagai juru bicara dari organisasi tersebut dalam kalangan kaum terpelajar.

    Persis pada umumnya kurang memberikan tekanan bagi kegiatan organisasi sendiri. Ia tidak terlalu berminat untuk membentuk banyak cabang-cabang atau menambah sebanyak mungkin anggota. Pembentukan sebuah cabang bergantung semata-mata pada inisiatif peminat dan tidak didasarkan kepada suatu rencana yang dilakukan oleh pimpinan pusat. Tetapi pengaruh dari organisasi Persis ini jauh lebih besar daripada jumlah cabang ataupun anggotanya. Pada tahun 1942, ketika invasi Jepang ke Indonesia shalat berjama'ah seperti ini dilakukan tidak kurang dari enam masjid yang diikuti oleh 500 orang.

    Perhatian Persis terutama ialah sebagai penyebar cita-cita dan pemikirannya. Ini dilakukan dengan mengadakan pertemuan umum, tabligh, khutbah, kelompok studi, mendirikan sekolah-sekolah dan menyebarkan atau menerbitkan pamflet-pamflet, majalah-majalah dan kitab-kitab. Penerbitannya ini yang terutama menyebabkan luasnya daerah penyebaran pemikirannya. Lagi pula penerbitan ini pula yang dijadikan referensi oleh guru-guru dan propagandis organisasi lainnya seperti al-Irsyad dan Muhammadiyah.

    Persis memberikan perhatian yang besar pada kegiatan-kegiatan pendidikan, tablig serta publikasi. Dalam bidang pendidikan Persis mendirikan madrasah yang mulanya dimaksudkan untuk anak-anak dari anggota Persis. Tetapi kemudian madrasah ini diluaskan untuk dapat menerima anak-anak lain pula. Kursus-kursus dalam masalah agama untuk orang-orang dewasa mulanya juga dibatasi pada anggota-anggota saja.

    Di samping pendidikan Islam, Persis juga mendirikan sebuah pesantren (disebut pesantren Persis) di Bandung pada bulan Maret 1936 untuk membentuk kader-kader yang mempunyai keinginan untuk menyebarkan agama. Pesantren ini dipindahkan ke Bangil Jawa Timur, ketika Hassan pindah kesana dengan membawa 25-40 siswa di Bandung.


     

  5. Muhammadiyah di Yogyakarta

    Pada tahun 1911, KH. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah sekolah agama yang diberi nama Muhammadiyah, perguruan ini tidak diadakan di surau atau masjid, tetapi bertempat di gedung yang menggunakan meja, kursi dan papan tulis. Kemudian pada tanggal 19 November 1912 bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 H. KH.


    Gambar: KH Ahmad Dahlan

    Ahmad Dahlan mendirikan perkumpulan yang diberi nama Muhammadiyah yang bertujuan untuk menghidupkan kembali ajaran Islam yang murni dan asli serta menuruti kemauan ajaran agama Islam. Islam sebagai way of life, baik dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat. Organisasi ini merupakan lembaga sosial dan keagamaan yang serupa halnya dengan gerakan pembaharuan di Mesir.

    Usaha-usaha pembaharuan Muhammadiyah mencakup:

    1. Memurnikan ajaran Islam dengan membersihkan praktek serta pengaruh yang bukan dari ajaran Islam.
    2. Reformasi ajaran dan pendidian Islam.
    3. Reformasi doktrin-doktrin dengan pandangan alam pikiran modern.
    4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan dari luar Islam.

    Dalam bidang pendidikan Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah yang setaraf dengan sekolah yang dilaksanakan pemerintah Belanda. Dalam bidang sosial telah mendirikan sekolah-sekolah yatim, fakir miskin, dan rumah sakit serta balai pengobatan.

    Di bidang pengembangan wawasan keagamaan Muhammadiyah cenderung menitikberatkan pada transformasi nilai-nilai lewat sarana kultural yang tidak meimbulkan keguncangan, seperti dengan tabligh dan pendidikan. Itulah metode pembaharuan Muhammadiyah yang berlanggam Jawa dan penuh dengan unggah-ungguh. Dengan cara demikian maka Muhammadiyah dapat mengembangkan sayapnya ke seluruh Nusantara.


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


     


 


 

Senin, 28 Januari 2013

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISIONSDI KELAS VII C SMP NEGERI 11 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah

    Sebagian besar siswa menganggap bahwa pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan. Terlebih lagi pelajaran matematika dengan guru yang "kiler" dan menyeramkan akan menambah semakin tidak menentunya konsentrasi belajar siswa. Hal ini berakibat kepada siswa yang akan sulit dalam memahami materi pelajaran yang dipelajarinya. Siswa merasa takut jika diberi soal atau pertanyaan, bahkan siwa merasa takut dengan guru, ketika guru masuk kedalam kelas.

    Salah satu fakta yang ditemukan oleh guru dalam pembelajaran adalah kesulitan siswa dalam memahami bangun segi empat. Hal ini sering terjadi ketika siswa duduk di bangku SMP, walaupun di SD juga sudah pernah dikenalkan. Permasalahan ini merupakan salah satu permasalahan yang harus diselesaikan oleh setiap guru yang mengajar mata pelajaran matematika.

    Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diantaranya guru dapat menjembatani dengan perbaikan sistem pembelajaran yang digunakan. Jika guru biasanya masih menggunakan metode pembelajaran yang klasikal, yaitu dengan salah satunya dengan metede ceramah saja, maka selanjutnya guru dapat menggunakan metode Student Teams Achievement Devisions (STAD). Student Teams Achievement Devisions (STAD) merupakan salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru matematika untuk membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Metode Student Teams Achievement Devisions (STAD) merupakan metode yang menyenangkan bagi siswa. Metode Student Teams Achievement Devisions (STAD) merupakan strategi pembelajaran kontekstual. Dengan metode ini diharapkan anak dapat belajar dengan senang.

    Pembelajaran matematika di SMP sangat membutuhkan strategi dan model pembelajaran yang disesuaikan dengan minat siwa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Belajar yang menyenangkan merupakan salah satu arahan yang pembelajaran pada saat sekarang ini. Model STAD merupakan salah satu model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika, karena anak diarahkan agar anak dapat bekerjasama dan belajar, serta berdiskusi untuk memahami materi belajar.

    Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis bermaksud meneliti tentang Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Devisions di Kelas VII C SMP N 11 Purworejo Tahun Pelajaran 2010/2011 pada pembelajaran matematika materi segi empat.


     

  2. Permasalahan


     

    Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

    1. Apakah pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan motivasi belajar siswa pada materi segi empat siswa kelas VII semester II di SMP negeri 11 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011?
    2. Berapa besar efektivitas penggunaan model pebelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi segi empat siswa kelas VII semester II di SMP Negeri 11 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011?


       

  3. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

    1. meningkatkan motivasi belajar siswa siswa kelas VII C semester II di SMP Negeri 11 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011 siswa pada materi segi empat
      dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Devisions,
    2. mengetahui efektivitas dan motivasi belajar siswa dengan menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Devisions (STAD) dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa pada materi segi empat siswa kelas VII semester II C di SMP Negeri 11 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011.


       

  4. Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini dibagi dalam dua kategori, yaaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun kedua manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

    1. Manfaat Teoritis

      Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan,khususnya dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kemampuan pemahaman pada materi segi empat.

    2. Manfaat Praktis

      Bagi siswa penelitian ini diharapkan dapat:

      1. memberikan motivasi siswa agar mereka memiliki semangat belajar matematika, sehingga penguasaan kemampuan memahami bangun ruang meningkat,
      2. memiliki rasa percaya diri yang kuat dalam menghadapi orang lain dan menyampaikan pemahaman, ide serta gagasan yang dimilikinya.


         

  5. Sistematika Skripsi

    Secara garis besar sistematika skripsi ini disusun dalam 4bagian, yaitu halaman sampul depan, bagian awal, bagian isi dan bagian akhir.

    1. Halaman Sampul Depan

      Halaman sampul depan berisi judul skripsi, lambang Universitas Muhammadiyah Purworejo, identitas penulis, identitas program studi dan fakultas, serta tahun penyusunan skripsi.

    2. Bagian Awal

      Bagian awal skripsi meliputi halaman judul, persetujuan, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran, daftar gambar, surat pernyataan, serta abstrak.

    3. Bagian Isi

      Bagian ini memuat pendahuluan, landasan teori, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan serta penutup.

      BAB I    PENDAHULUAN

      Bagian ini memuat latar belakang masalah, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan sistematika skripsi.

    BAB II    LANDASAN TEORI

    Bagian ini memuat tinjauan pustaka dan kajian teori. Tinjauan pustaka berisi beberapa penelitian yang sudah dilakukan, baik dari universitas Muhammadiyah Purworejo maupun dari luar kampus. Kajian Teori berisi beberapa pernyataan-pernyataan teori yang berhubungan dengan model pembelajaran teknik pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan kemampuan pemahaman pada materi segi empat.

    BAB III    METODE PENELITIAN

    Bagian ini berisi tentang Subyek Penelitian, Variabel Penelitian, Desain Penelitian, Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.

    BAB IV    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Bagian ini memuat deskripsi hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian berisi hasil tes siklus I dan hasil tes siklus II, sedangkan pembahasan hasil tes berisi: pembahasan hasil tes siklus I dan hasil tes siklus II.

    BAB V    PENUTUP

    Penutup yang berisi simpulan yang merupakan pernyataan singkat hasil pengolahan dan hakekatnya merupakan jawaban atas masalah yang diteliti serta saran-saran bagi peneliti di lain waktu dengan lebih baik lagi.

    1. Bagian Akhir

      Bagian ini memuat daftar pustaka yang merupakan bahan acuan dan lampiran-lampiran yang diperlukan dalam menyusun skripsi.

BAB II

LANDASAN TEORI

  1. Tinjauan Pustaka

    Usaha yang dilakukan oleh guru didalam memberikan pemahaman terhadap siswa tentang materi segi empat siswa kelas VII semester II di sekolah menengah pertama merupakan sesuatu yang esensi didalam proses pembelajaran siswa dalam meraih tujuan pembelajaran. Sebagian besar siswa hanya mampu menerima apa yang diberikan oleh guru dan belum bisa mengembangkan kemampuan dirinya didalam memahami materi segi empat.

    Suatu penelitian akan lebih akurat jika berorientasi pada pengalaman peneliti yang serupa dengan penelitian tersebut. Sehubungan dengan pemahaman terhadap materi tentang materi segi empat, telah banyak penelitian yang dilakukan. Ari Bayu Sukmawati (2005) meneliti tentang analisis kesalahan dalam memahami materi bangun ruang. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan adanya kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam memahami bangun ruang. Diantaranya kesalahan tersebut yaitu kesalahan pemahaman tentang memahami bangun ruang silinder, bola, dan balok.

    Masruhan Mufid (2007) melakukan penelitian tentang penggunaan metode kooperatif model Numbered heads Together pada pokok hitung operasi aljabar. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa hasil belajar siswa kelas VII A MTs Al-Ialamiyah Maarif Sumpyuh Kabupaten Banyumas meningkat. Hal ini didasarkan pada prosentase nilai rata-rata akhir siklus I yaitu 64,1 % meningkat menjadi 76,63% pada siklus II dan ketuntasan belajar klasikal meningkat pada siklus I 68,4% menjadi 77,5% pada siklus II.

    Dari beberapa hasil penelitian tersebut maka peneliti mengambil penelitian tentang upaya meningkatkan motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Devisions di kelas VII C SMP Negeri 11 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011.

    .

  2. Kajian Teori
    1. Pengertian Belajar

      James D. Whitaker dalam Wasti Soemanto (1983) menerangkan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa belajar adalah suatu proses, artinya bahwa hasil dari belajar tidak langsung dapat dirasakan hasilnya sekarang, namun pada waktu yang akan datang. Belajar pada hakekatnya adalah proses latihan melalui pengalaman yang di berikan oleh pengajar.

      Menurut Akh Minhaji (2008: 114) belajar pada hakekatnya adalah melatih berpikir rasional dan kritis. Howard Kingskey yang dalam Syaiful Bachri Djumaroh (2002) mengatakan bahwa belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan. Menurut Oemar Hamalik (2006:63) belajar adalah perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditarik pengertian bahwa belajar itu tidak hanya sekedar untuk mencari pengalaman atau pengetahuan yang diinginkan tetapi lebih dari itu yaitu adanya perubahan sikap atau tingkah laku. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan menuju kebaikan. Perubahan tingkah laku tersebut dilakukan secara kontinyu, yang mana hal ini merupakan salah satu tujuan pendidikan. Lebih lengkapnya Nizar Ali (2010: 207) bahwa tujuan pedidikan tidak terlepas dari filsafah bangsa sehingga tujuan pendidikan harus sesuai dengan situasi dan kondisi bangsa.

      Menurut Wasti Sumanto (2003:35) belajar itu bukan sekedar mencari pengalaman ,belajar adalah suatu proses bukan suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan. Sedangkan dalam undang-undang dan peraturan pemerintah RI tentang pendidikan, dijelaskn bahwa belajar adalah proses interaksi peserta didik dan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.(UU sisdiknas tahun 2005)

      Menurut uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar bukan sekedar mencari pengalaman tetapi merupakan suatu proses dimana pembelajaran berlangsung, dimana guru menyampaikan materi pembelajaran sedang peserta didik, menerimanya. Pembelajaran secara aktif ialah baik guru maupun peserta didik sama-sama menyadari tugas dan kewajiban untuk melaksanakannya. Apabila proses pembelajaran dilakukan dengan kesadaran tinggi kiranya tujuan pendidikan akan tercapai.

      Pendidikan yang dilakukan dengan kesadaran itu adalah menyiapkan peserta didik untuk masa yang akan datang dan bermanfaat bagi kehidupan. Pendidikan berlangsung menyangkut tiga aspek, yaitu : pertama Aspek kognitif yang menyangkut masalah penguasaan dan ilmu pengetahuan, kedua aspek Afektif yaitu menyangkut masalah sikap atau tingkah laku yang dilakukan melalui bimbingan disamping diberikan pengetahuan, ketiga aspek psikomotorik yaitu menyangkut masalah jenis ketrampilan. Ketrampilan akan dapat dikuasai jika sering diadakan latihan latihan yang kontinyu.

    2. Motivasi
      1. Pengertian Motivasi

        Menurut Sondang Siagian (2004:142) motivasi adalah kondisi jiwa yang menggerakkan, mendorong, mengarahkan, dan menyalurkan perilaku dan tindak tanduk seseorang yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan. Dari definisi tersebut dapat dipahami, bahwa secara garis besar motivasi adalah dorongan yang berasal dari dalam jiwa manusia yang dapat mendorong manusia untuk melakukan sebuah tindakan dalam rangka mencapai tujuan yang akan dicapai. Selain itu menurut Stanlay Vance (2004:12) motivasi adalah perasaan seseorang yang berada dan bertindak dalam kondisi tertentu untuk melaksanakan aktivitas yang menguntungkan dilihat dari perspektif pribadi maupun kelompok. Motivasi dapat digolongkan sebagai perasaan yang ada dalam diri manusia yang mendorong untuk bertindak, untuk dapat menghasilkan keuntungan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, atau kelompok. Jadi motivasi adalah dorongan yang berada dalam individu atau kelompok untuk melaksanakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain untuk meraih tujuan yang telah disepakati.

      2. Motivasi Belajar

        Menurut Hamzah (2007:31) motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator yang meliputi adanya hasrat untuk berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita, adanya penghargaan, adanya kegiatan yang menarik, adanya lingkungan belajar yang kondusif. Jadi motivasi belajar adalah unsur yang penting dalam proses belajar untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sudah dirumuskan sebelumnya. Motivasi belajar hendak diciptakan oleh guru sebagai fasilitator dalam belajar siswa, sehingga diharapkan siswa mampu belajar dengan giat dan semangat dengan segala apa yang dicita-citakan oleh siswa.


         


         

    3. Pembelajaran kooperatif

      Sebelum pada pembelajaran kooperatif untuk memperjelas maka akan di berikan sedikit tentang pengertian belajar,menurut Noeng Muhadjir (2000 : 49) belajar adalah proses pembentukan asosiasi antara yang sudah diketahui dengan yang baru. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi belajar dengan mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil dengan jumlah 4 sampai 5 siswa. Dalam kelompok tersebut siswa diberi kesempatan untuk dapat memahami konsep-konsep atau prinsip-prinsip dengan kemampuan sendiri melalui interaksi antara anggota kelompok siswa dengan guru sebagai fasilitator.

      Menurut Melvin (2009:29) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan cara diskusi dan proyek kelompok kecil, presentasi dan debat dalam kelas, latihan melalui pengalaman, pengalaman lapangan, simulasi, dan studi kasus. Sedangkan menurut Slavin (2005:34) pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dengan siswa bekerjasama dalam suatu kelompok kecil. untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran . Trianto (2009: 5) pembelajaran kooperatif pada dasarnya adalah pemberian kontribusi secara penuh kepada instansti sekolah atau guru untuk merancang dan merencanakan pembelajaran sesuai dengan kondisi sekolah untuk mengaktifkan belajar siswa dengan bekerjasama antara satu sama lain sesama siswa dan keluarga sekolah. Setiap kelompok terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan tingkat kemampuan yang beragam.

      1. Konsep belajar kooperatif

        Menurut Melvin (2009:35) belajar kooperatif adalah adanya interaksi yang ditimbulkan dari gagasan yang disusun oleh guru sebelum mengajar. Menurut Slavin (1995:2) pembelajaran kooperatif adalah model instruksional yang ditandai dengan struktur tugas, struktur tujuan, dan reward yang dikembangkan untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya pembelajaran kooperatif adalah belajar yang dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Pembelajaran kooperatif akan berjalan lebih baik ketika siswa diberikan reward atau semacam hadiah kepada siswa yang unggul dalam melaksanakan pembelajaran.

      2. Prinsip belajar kooperatif

        Ada empat unsur dalam pembelajaran kooperatif menurut Wina Widjaya (2009: 241) yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya upaya belajar pada setiap anggota, adanya tujuan yang hendak dicapai. Prinsip belajar kooperatif dalam pembelajaran pada dasarnya adalah keaktifan setiap anggota untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu dengan cara belajar aktif bagi setiap anggota kelompoknya dengan cara bekerjasama satu dengan yang lainnya. Menurut Melvin (2009: 29) unsur dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari diskusi dan proyek kelompok kecil, presentasi dan debat dalam kelas, latihan melalui pengalaman, pengalaman lapangan, simulasi, dan studi kasus

      3. Pengertian Student Team Achievement Devisions (STAD)

        Menurut Slavin (2009: 67) Student Team Achievement Devisions (STAD) adalah model pembelajaran yang mengutamakan prinsip kerjasama dan menggunakan alat peraga sederhana dan inovatif dengan memanfaatkan lingkungan. Dalam model ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok secara heterogen (prestasi, jenis kelamin, dll). Selanjutnya guru menyampaikan materi yang dilanjutkan dengan pemberian tugas untuk diselesaikan oleh anggota kelompok. Anggota kelompok yang sudah paham dapat menjelaskan kepada anggota yang lainnya sampai semua anggota kelompok itu paham atau mengerti.


         

  3. Kerangka Berpikir

    Pembelajaran selama ini dianggap kurang berhasil dalam meningkatkan motivasi terhadap siswa, keberhasilan tersebut diantaranya dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru hendaknya membawa siswa pada pemahaman.

    Pembelajaran tipe STAD merupakan tipe belajar kooperatif yang sederhana, yang didalamnya terdapat langkah-langkah yang dapat meningkatkan semangat siswa dalam belajar sehingga diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa terhadap materi yang dipelajari.

    Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tipe STAD dihapakan dapat meningkatkan motivasi. Peningkatan motivasi belajar siswa tersebut dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan hasil belajar. Hasil belajar didapatkan dari evaluasi yang dilakukan pada akhir pembelajaran.


     

  4. Hipotesis Tindakan

    Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perkiraan awal penulis akan hasil yang dicapai terkait penelitian yang dilakukan. Dimana menurut (Noeng Muhadjir 2007: 39) menyatakan bahwa hipotesa adalah perkiraan awal penulis akan hasil yang dicapai terkait penelitian yang dilakukan dan di bangun dari tata relasi penelitian yang ada. Jadi, hipotesa dalam penelitian ini adalah penerapan model belajar STAD dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

 

BAB III

METODE PENELITIAN

  1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action Research (CAR). Penelitian tindakan kelas menurut Carr dan Kemmis dalam Wijaya Kusuma (2008:9) adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri (self reflective) yang dilakukan oleh partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran. Sedangkan menurut Muhamad Basrowi (2008: 25) penelitian tindkan kelas adalah penelitian tindakan yang berkaitan dengan bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan sebuah kelas. Dari keterangan yang ada tersebut dapat dijelaskan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti didalam kelas dalam usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga diharapkan hasil dan mutu pendidikan akan maningkat. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif, dimana peneliti meminta bantuan guru lain yang mengampu mata pelajaran yang sama sebagai observer.


     

  2. Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 11 Purworejo yang beralamatkan di Desa Ngombol, Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo.


     


     

  3. Waktu Penelitian

    Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung dari bulan Maret sampai dengan September pada tahun 2011. Proses penelitian ini berlangsung melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:

    1. observasi awal,
    2. penyusunan proposal,
    3. permohonan ijin,
    4. pengambilan data,
    5. analisis data, dan
    6. penulisan laporan penelitian.

    Selanjutnya jadwal waktu pelaksanaan penelitian dari observasi awal sampai penulisan laporan disajikan pada lampiran I.


     

  4. Objek Penelitian

    Objek penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP N 11 Purworejo yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.


     

  5. Tehnik Pengumpulan Data

    Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi, metode tes, observasi dan angket.

    1. Metode dokumentasi

      Metode ini dilakukan untuk memperoleh data, hasil ulangan harian pada pra siklus.

      1. Metode Tes

        Metode tes digunakan untuk memperoleh gambaran hasil belajar siswa. Instrument tes berbentuk uraian dan disusun berdasarkan indiator-indikator yang telah ditetapkan.

    2. Metode Observasi

      Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi kelompok belajar pada saat sebelum dan sesudah penggunakan metode pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD). Metode ini dilakukan oleh peneliti pada setiap siklus pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti. Sehingga peneliti langsung dapat mengamati sendiri perjalanan pembelajaran yang dilaksanakan..

    3. Metode Angket

      Angket ini digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD).


     

  6. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, memeriksa, menyelidiki suatu masalah atau mengumpulkan, mengelola, menganalisis dan menyajikan data secara sistematis dan objektif.

    1. Dokumen

      Dokumen digunakan untuk memperoleh gambaran awal siswa yang akan mengikuti pembelajaran. Dokumen diperoleh dari daftar nilai yang diperoleh oleh siswa sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran. Dengan demikian dokumen digunakan oleh guru untuk mendapatkan gambaran awal pemehaman siswa terhadap materi yang akan dipelajari.

    2. Tes

      Tes dilaksanakan setelah siswa memperoleh pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dikelas. Tes dilaksanakan dalam rangka mengetahui hasil belajar siswa sesudah dan sebelum mengikuti pembelajarn. Instrument tes ini disusun dengan prosedur yang telah ditentukan.

    1. Lembar Observasi

      Lembar observasi ini dikembangkan berdasarkan beberapa indikator yang meliputi adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan untuk belajar, adanya cita-cita masa depan dan adanya kegiatan menarik dalam belajar. Lembar observasi disusun berdasarkan kisi-kisi lembar observasi siswa seperti pada tabel 1. Selanjutnya penilaian dilakukan dengan mengartikan setiap alternatif jawaban menjadi jawaban kualitatif sesuai tabel 2.


       


       


       


       


       


       


 

Tabel 1

Kisi-kisi Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa

No

Indikator 

No Item 

Jumlah Item 

1 

Keinginan untuk berhasil dalam belajar 

2, 5, 9 

3 

2 

Dorongan dan kebutuhan belajar 

1,10, 11 

3 

3 

Kegiatan yang menarik dalam belajar 

3, 4, 7, 8 

4 

4 

Adanya harapan dan cita-cita masa depan 

6, 12 

2 

 

Jumlah Pertanyaan 

 

12 


 

Tabel 2

Skala Penilaian Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa

No 

Option Jawaban 

Skor 

1 

1 

1 

2 

2 

2 

3 

3 

3 

4 

4 

4 


 

  1. Angket

    Angket yang digunakan adalah angket presepsi siswa yang menilai tentang belajar sesuai dengan indikator pembentuk motivasi belajar yang dikembangkan sesuai kisi-kisi angket motivasi pada tabel 3, sedangkan metode penilaian yang digunakan adalah metode skala likert. Skala likert merupakan skala yang mempunyai tingkat jawaban dari sangat positif sampai dengan sangat negatif atau sebaliknya.

    Untuk skala penilaian angket sesuai dengan yang tertera pada tabel 2


     

Tabel 3

Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa

No 

Indikator

Nomor Item

Jumlah

Positif

Negatif

1 

Hasrat keinginan untk berhasil belajar

1 

7 

2 

2 

Dorongan dan kebutuhab untuk belajar

2,5 

9 

3 

3 

Harapan cita-cita masa depan

6 

10 

2 

4 

Kegiatan yang menarik dalam belajar

3,4 

8 

3 

  

Jumlah pernyataan

6 

4 

10 


 

Tabel 4

Skala Penilaian Angket Motivasi Belajar Siswa

No 

Pilihan Jawaban

Jenis Soal dan Skor

Positif

Negatif

1 

1 

1 

5 

2

2 

2 

4 

3 

3 

3 

3 

4 

4 

4 

2 

5 

5 

5 

1 


 

  1. Tehnik Analisis Data

    Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi (2006:263), tehnik analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Lain halnya menurut Muhamad Basrowi (2008: 130) tehnik analisis data adalah jiwa dari PTK, karena analisis data adalah salah satu hal yang harus ditempuh setelah pengumpulan data dilakukan oleh peneliti, dimana pengumpulan data tersebut diibaratkan sebagai jantungnya PTK. Tehnik analisis data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Setiap butir jawaban disekor sesuai dengan skala penilaian lembar observasi motivasi belajar siswa.
    2. Jumlah sekor selanjutnya disajikan secara deskriptif persentase menggunakan rumus yang telah disajikan.

          Diskripsi presentase adalah model penelitian yang menganalis data dengan mengumpulkan kemudian dipresentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung persentase adalah:

           (Ngalim Purwanto, 2009:102)

      Keterangan:

      NP    : Nilai persentase yang dicari

      R    : Skor mentah yang diperoleh

      SM    : Skor Maksimum

      Selanjutnya hasil persentase dinyatakan kedalam penghargaan kualitatif yang mempunyai kriteria sesuai tabel berikut


 

Tabel 5

Tabel Kriteria Penghargaan

Tingkat Persentase 

Penghargaan

< 30% 

Tidak baik 

30% - 70 % 

Cukup baik 

>70 % 

Baik 


 

  1. Analisis Data Angket

    Penghitungan angket motivasi siswa dilakukan dengan menghitung skor rerata setiap pernyataan dalam angket motivasi belajar siswa. Untuk menghitung skor rerata dari setiap pernyataan pada lembar angket digunakan rumus :


     

    Setelah sekor rerata diperoleh kemudian dicari skor rerata gabungan, yaitu dari jumlah skor rarata dibagi dengan banyaknya pernyataan dalam angket motivasi belajar siswa. Untuk menghitung skor rerata gabungan dapat digunakan rumus :


     

    Setelah didapatkan skor rerata gabungan dapat ditentukan kriteris kualitatif dari hasil yang diperoleh dalam penghitungan angket motivasi belajar siswa. Ketentuan kriteria kualitatif angket motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut :

    1. jika 1,00 ≤ skor rerata gabungan <1,50 maka termasuk dalam katergori tidak baik,
    2. jika 1,50 ≤ skor rerata gabungan < 2,50 maka termasuk dalam kategori kurang baik,
    3. jika 2,50 ≤ skor rerata gabungan < 4,50 maka termasuk dalam kategori cukup baik,
    4. jika 3,50 ≤ skor rerata gabungan < 4,50 maka terasuk dalam kategori baik, dan
    5. jika 4,50 ≤ skor rerata gabungan ≤ mak termasuk dalam kategori sngat baik.(standar KKM)
  2. Analisis Rerata Nilai Siswa

    Proses penilaian siswa dilakukan melalui penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS), kuis individu dan soal akhir siklus. Penilaian tersebut berfungsi menjadikan acuan dalam proses perbaikan kinerja pada pertemuan selanjutnya, berikut ini adalah rumus untuk menghitung nilai siswa.


 

Selanjutnya penghargaan kualitatif dilakukan sesuai dengan skala penilaian evaluasi siswa sesuai tabel skala penilaian evaluasi siswa berikut ini

Setelah diperoleh nilai siswa selanjutnya dicari rerata nilai siswa untuk setiap evaluasi belajar siswa. Untuk menghitung rerata nilai siswa digunakan rumus sebagai berikut :


 


 

X    = Rerata Nilai siswa

    = Jumlaj data

N    = Banyaknya data

i    = Data ke i


 

  1. Rencana Tindakan

    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Kunandar rencana PTK adalah rencana tindakan pembelajaran didalam kelas yang tersusun dan dari segi definisi harus prospektif atau memandang kedepan pada tindakan dengan memperhitungkan peristiwa yang tak terduga, sehingga mengandung sedikit resiko. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2007:58) PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas. PTK dilakukan dalam bentuk siklus yang berulang yang didalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu planning, action, observation, reflection.

    1. Planning

      Pada tahapan ini dilakukan persiapan yang berhubungan dengan pembentukan kelompok-kelompok siswa dan pembuatan perangkat mengajar, seperti RPP, LKS, kisi-kisi angket dan lembar observasi siswa, angket motivasi, lembar observasi, kuis individu, dan soal akhir siklus.

    2. Action

      Pada tahap ini semua rencana pembelajaran mulai dilaksanakan. Tindakan dilakukan adalah membentuk kelompok-kelompok kecil siswa yang heterogen, selanjutnya guru membagikan lembar kerja siswa kepada setiap kelompok. Lembar kerja siswa tersebut selanjutnya diminta untuk dipahami oleh para siswa dalam setiap kelompok, selanjutnya siswa yang sudah paham dapat membantu menjelaskan kepada siswa lainnya yangbelum paham. Guru selanjutnya memberikan kuis individu dan memberikan soal akhir siklus sebagai indicator pemahaman siswa.


       


       


       

    3. Observation

      Pengamatan merupakan tindakan mangamati jalannya pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tingat motivasi belajar siswa dengan lembar observasi yang diisi oleh obsever.

    4. Reflection

      Refleksi berkaitan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan dilakukan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan untuk memperbaiki kinerja pada penelitian berikutnya.


       


  2. Indikator Keberhasilan

    Indikator keberhasilan pada penelitian ini dapat diukur dengan adanya peningkatan motivasi belajar siswa dari siklus pertama ke siklus berikutnya dimana motivasi belajar siswa masuk dalam kategori baik atau sangat baik.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  1. Deskripsi Penelitian
    1. Diskripsi Siklus I

      Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang pelaksanaan pembelajaran pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas VII semester II di SMP Negeri 11 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011.

      1. Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

        Kegiatan tindakan siklus I dilakukan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan adalah 2 x 40 menit.

        1. Perencanaan

        Perencanaan yang dilakukan pada siklus I ini adalah :

        1. Menyiapkan rencana praktik pembelajaran materi segi empat siswa kelas VII semester II.
        2. Menyiapkan perencanaan tindakan meliputi :
          1. Menyiapkan lembar kerja siswa
          2. Menyiapkan kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti pelajaran, dan akhir pembelajaran.
        3. Menyiapkan lembar observasi untuk pelaksanaan observasi
      2. Pelaksanaan Tindakan

        Pada awal kegiatan pembelajaran guru memulai pembelajaran dengan salam dan menyapa siswa, guru berusaha menarik perhatian dan minat siswa dengan sesekali mengajukan pertanyaan pelacak kepada siswa. Kemudian guru memberikan apersepsi. Tapi sebelum dimulai pembelajaran siswa diberi pertanyaan lisan untuk menjajaki sampai dimana tingkat pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dipelajari dan guru sambil menjelaskan tujuan pembelajaran serta relevansinya.

        Pada kegiatan inti pembelajaran guru langsung menjelaskan materi dan menerapkan srategi yang telah disiapkan yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Awalnya guru membagi siswa yang berjumlah 32 dalam 5 kelompok tim dan masing-masing kelompok terdiri dari 6/7 siswa, kemudian masing-masing siswa dalam satu tim diberi materi yang sama untuk dikerjakan. Selanjutnya bagi siswa yang sudah jelas dapat menjelaskan kepada siswa yang lainnya sampai nggota kelompok tersebut paham. Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari secara bersama. Pada akhir kegiatan pembelajaran guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar post tes sambil mengingatkan pelajaran yang akan dipelajari di pertemuan berikutnya. Karena waktu yang sedikit sehingga siswa tidak bisa menyelesaikan soal post tes secara maksimal. Kemudian guru menutup pelajaran dengan salam dan doa.

        1. Refleksi

        Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dan dibantu fasilitator menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan siklus I ini pada dasarnya sudah berjalan sesuai rencana pembelajaran meskipun belum berjalan sesuai harapan. Karena ada beberapa hal yang perlu disikapi dan dijadikan masukan untuk siklus selanjutnya diantaranya siswa masih kelihatan bingung dan canggung melaksanakan strategi yang diterapkan guru.

        Hal ini disebabkan strategi ini merupakan hal baru bagi siswa karena selama ini tidak pernah menggunakan strategi aktif learning. Sehingga siswa belum bisa dikondisikan secara baik dan cenderung suasana semrawut dan tidak kondusif. Hal lain yang menjadi masalah adalah seting ruang kelas yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakannya model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement devision.

  1. Diskripsi Siklus II

    Kegiatan tindakan siklus II dilakukan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 x 40 menit.


     


     

    1. Perencanaan

      Perencanaan yang dilakukan pada siklus II ini adalah menyiapkan rencana pembelajaran materi segi empat siswa kelas VII semester II.

      1. Menyiapkan rencana praktik pembelajaran materi materi segi empat siswa kelas VII semester II.

    Menyiapkan perencanaan tindakan meliputi:

  • menyiapkan lembar post tes,
  • menyiapkan kegiatan awal pembelajaran, kegiatan inti pelajaran, dan akhir pembelajaran.
  1. Menyiapkan lembar observasi untuk pelaksanaan observasi
  2. Menyiapkan refleksi.
  1. Pelaksanaan Tindakan

Pada awal kegiatan pembelajaran guru memulai pembelajaran dengan salam dan menyapa siswa, guru berusaha menarik perhatian dan minat siswa dengan sesekali mengajukan pertanyaan kepada siswa, guna mengetahui tentang motivasi awal siswa ketika belajar materi segi empat siswa kelas VII semester II. Kemudian guru memberikan apersepsi. Tapi sebelum dimulai pembelajaran siswa diberi pertanyaan lisan untuk menjajaki sampai dimana tingkat pengetahuan siswa terhadap materi yang akan dipelajari dan guru sambil menjelaskan tujuan pembelajaran serta relevansinya.

Selanjutnya guru membagi siswa yang berjumlah 32 dalam 5 kelompok tim dan masing-masing kelompok terdiri dari 6/7 siswa, kemudian masing-masing siswa dalam satu tim diberi materi yang sama untuk dikerjakan. Selanjutnya bagi siswa yang sudah jelas dapat menjelaskan kepada siswa yang lainnya sampai nggota kelompok tersebut paham. Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari secara bersama.

Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari secara bersama. Sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran guru dan siswa menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari secara bersama. Pada akhir kegiatan pembelajaran guru meminta siswa untuk mengerjakan lembar post tes. Kemudian guru menutup pelajaran dengan salam dan doa.

Pada pelaksanaan tindakan suasan kelompok sudah terkondisikan dan siswa sudah tahu akan hal apa yang ditugaskan. Ini ditandai dengan kesungguhan melaksanakan tugas dan meyelesaikan post tes tepat waktu. Namun tetap saja ada sebagian kecil siswa yang belum memahami metode yang diterapkan.

  1. Refleksi

    Dari pelaksanaan siklus 2 ini dapat dipahami bahwa :

  • Siswa dapat menerima kegiatan pembelajaran ini
  • Sebagian siswa mulai memberikan respon terhadap kegiatan pembelajaran ini dan penjelasan guru
  • Substansi materi telah cukup baik serta mendapat tanggapan positif yang ditandai dengan serius memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru
  • Siswa mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran meskipun tanya jawab belum berkembang secara optimal, ini dikarenakan sebagian siswa masih malu dalam bertanya
  • Daya serap siswa cukup baik, karena rata – rata tes akhir mengalami peningkatan
  • Adanya scenario kegiatan pembelajaran yang dapat mempermudah dalam melakukan tindakan
  • Perlu adanya usaha guru yang lebih intensif lagi dalam membangkitkan motivasi siswa supaya semangat belajarnya semakin meningkat.


     

  1. Analisis Data

    Analisis data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh menunjukkan peningkatan motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

    1. Analisis Hasil Observasi siswa

      Lembar observasi siswa dugunakan untuk menilai pengamatan yang telah dilaksanakan oleh peneliti tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal yang dinilai adalah aktivitas siswa yang dapat memenuhi kriteria motivasi belajar siswa sesuai indikator pembentuk motivasi belajar siswa. Adapun indikator peningkatan motivasi siswa adalah adanya peningkatan hasil belajar yang di ketahui dari nilai hasil evaluasi. Berikut akan disajikan analisis data lembar observasi siswa.

      1. Siklus I

        Berdasarkan data hasil observasi (lampiran I) diperoleh persentase tingkat motivasi belajar siswa siklus I sebagai berikut :


 


 

         = 45,83%

  1. Berdasarkan data hasil observasi (lampiran II) diperoleh persentase tingkat motivasi belajar siswa siklus II sebagai berikut :


 


 

            = 62 %

  1. Analisis Angket Motivasi Belajar Siswa

    Angket motivasi belajar siswa digunakan untuk memenuhi keterkaitan dan pendapat siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Matematika. Angket motivasi ini di isi oleh siswa sendiri dan mengisi sesuai dengan apa yang mereka alami. Berikut adalah analisis data motivasi belajar siswa :

    1. Siklus I

      Dari hasil rekapitulasi belajar siswa kelas VII C siklus I (Lampiran II), diperoleh skor rerata angket motivasi belajar siswa siklus I tabel 6 Berikut ini.


       

Tabel 6

Skor Rerata Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus I

NO 

Pernyataan 

Pilihan

Jawaban 

Skor

Rerata 

1 

Saya selalu mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran ini 

1 2 3 4 5 

112/31 =3, 61 

2 

Saya memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran 

1 2 3 4 5 

114/31 = 3,67 

3 

Pada pembelajaran ini saya diberikan hal-hal baru yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya

1 2 3 4 5 

116/ 31 = 3,74 

4 

Saya telah mempelajari sesuatu yang menarik dan tidak terduga sebelumnya 

1 2 3 4 5 

103/31 = 3,32 

5 

Dengan metode ini saya menjadi terdorong untuk dapat memahami materi

1 2 3 4 5 

101/31 = 3,25 

6  

Setelah belajar dengan menggunakan metode ini saya percaya akan dapat menyelesaikan latihan-latihan 

1 2 3 4 5 

91/31 = 2,93 

7 

Tugas-tugas latihan dalam metode ini terlalu sulit 

1 2 3 4 5 

85/31=2,74 

8 

Penyampaian materi dalam pembelajaran ini kurang menarik

1 2 3 4 5 

98/31 = 3,16 

9 

Sedikitpun saya tidak dapat memahami materi pembelajaran dengan menggunakan metode ini 

1 2 3 4 5 

110/31 = 3,54 

10 

Saya tidakyakin dapat meneyelesaikan evaluasi dengan berhasil 

1 2 3 4 5

97/31 = 3,12 


 

Dari tabel 6 diperoleh Skor rerata gabungan 33,08/10 = 3,31


 

  1. Siklus II

    Dari hasil rekapitulasi belajar siswa kelas VII C siklus II (Lampiran III), diperoleh skor rerata angket motivasi belajar siswa siklus I tabel 7 berikut ini.

Tabel 7

Skor Rerata Angket Motivasi Belajar Siswa Siklus II

NO 

Pernyataan 

Pilihan

Jawaban 

Skor

Rerata 

1 

Saya selalu mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran ini 

1 2 3 4 5 

129/31=4,16 

2 

Saya memperhatikan guru menerangkan materi pelajaran 

1 2 3 4 5 

124/31 = 4 

3

Pada pembelajaran ini saya diberikan hal-hal baru yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya 

1 2 3 4 5 

116/31 = 3,74 

4 

Saya telah mempelajari sesuatu yang menarik dan tidak terduga sebelumnya 

1 2 3 4 5 

104/31 = 3,35 

5 

Dengan metode ini saya menjadi terdorong untuk dapat memahami materi

1 2 3 4 5 

126/31 = 4,06 

6  

Setelah belajar dengan menggunakan metode ini saya percaya akan dapat menyelesaikan latihan-latihan 

1 2 3 4 5 

118/31 = 3,80 

7 

Tugas-tugas latihan dalam metode ini terlalu sulit 

1 2 3 4 5 

102/31 = 3,29

8 

Penyampaian materi dalam pembelajaran ini kurang menarik 

1 2 3 4 5 

126/31 = 4,06 

9 

Sedikitpun saya tidak dapat memahami materi pembelajaran dengan menggunakan metode ini 

1 2 3 4 5 

128/31 = 4,12 

10 

Saya tidakyakin dapat meneyelesaikan evaluasi dengan berhasil

1 2 3 4 5 

116/31 = 3,74 


 

Berdasarkan tabel 7 didapat Skor rerata gabungan 38,30/10 = 3,83

Berdasarkan hasil angket siswa kelas VII C SMP N 11 Purworejo didapat pada siklus I motivasi belajar siswa termasuk dalam kategori cukup baik karena 2,50 ≤3,31<3,50. Sedangkan hasil angket pada siklus II menunjukan motivasi belajar siswa termasuk dalam kategori baik, karena 3,50≤3,83<4,50.


 

  1. Pembahasan

    Hasil penelitian berupa pengamatan tindakan dan angket motivasi dari siklus I dan II dapat dianalisa sebagai berikut :


     


     


     

    1. Siklus I
      1. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa

        Berdasarkan hasil pengamatan pada lembar observasi diperoleh presentasi motivasi belajar siswa pada siklus I adalah 60,41% dari 10 aspek yang dinilai berdasarkan empat indikator yang membentuk motivasi belajar siswa. Siswa masih belum memahami penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Matematika. Sehingga pembelajaran masih belum sesuai dengan tujuan yang dicapai.

      2. Angket Motivasi Belajar Siswa

        Berdasarkan penilaian angket motivasi siswa, tingkat motivasi belajar siswa pada siklus I termasuk dalam kategori cukup baik.

      2.    Siklus II

      a.    Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa

      Berdasarkan hasil pengamatan pada lembar observasi diperoleh presentasi motivasi belajar siswa pada siklus II adalah 72,41% dari 10 aspek yang dinilai berdasarkan empat indikator yang membentuk motivasi belajar siswa. Siswa sudah memahami penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Matematika sehingga pembelajaran berlangsung efektif dan terjadi kerjasama antara siswa dengan siswa dan sudah berjalan baik.


       

      b.    Angket Motivasi Belajar Siswa

      Berdasarkan penilaian angket motivasi siswa didapatkan bahwa tingkat motivasi belajar siswa pada siklus II termasuk dalam kategori baik.

      Dengan demikian dari hasil siklus I dan Siklus II dapat dilihat bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Matematika efektif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Purworejo tahun pelajaran 2010/2011. Jadi hipotesis pada penelitian ini dapat diterima.

 

BAB V

PENUTUP

  1. Simpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

    1. Motivasi belajar siswa kelas VII C SMP N 11 Purworejo dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode belajar Student Teams Achievement Devisions (STAD). Hal ini ditunjukkan oleh hasil pengamatan pada siklus 1 persentasenya adalah 45,83% keudian meningkat menjadi 62 % pada siklus 2.
    2. Hasil belajar siswa kelas VII C SMP N 11 Purworejo pada pokok bahasan segi empat dan segi tiga dapat ditingkatkan dengan menggunakan penerapan metode pembelajaran kooperatif model Student Teams Achievement Devisions (STAD). Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata siswa yang meningkat, yaitu dari 60,41% menjadi 72,41% dari 10 aspek yang dinilai berdasarkan empat indikator yang membentuk motivasi belajar siswa.


       

  2. Saran

    Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut.

    1. Penelitian ini menunjukan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif model model Student Teams Achievement Devisions (STAD) efektif dapat dilakukan oleh guru sehingga perlu dijadikan variasi pembelajaran pada pokok bahasan yang lain.
    2. Motivasi belajar siswa adalah hal yang mendasar yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran karena pembelajaran tidak akan bermakna tanpa adanya motivasi dari siswa untuk belajar sehingga perlu guru menumbuhkan atau memberikan motivasi belajar kepada siswa.

Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini.